Sedikit Catatan Tentang Industrialisasi Desa Berbasis Agraria Sebagai Salah satu Upay
Oleh
Supriadi Lawani[1]
Meskipun kabupaten banggai saat ini telah mencapai nol persen kemiskinan ekstrim namun menurut Moh. Ahlis Djirimu (Associate Professor Ilmu Ekonomi FEB-Untad ) di Kabupaten Banggai, ada 1.855 Ruamha Tangga Miskin (RTM) desil 1, lalu ada 4.219 RTM kategori desil 2 “miskin” yakni RTM dan/atau individu yang hanya mampu menyelenggarakan hidupnya 20 persen dari pengeluarannya atau belanja sehari sebesar Rp6.021,10,-. Selanjutnya Moh. Ahlis Djirimu juga mengatakan bahwa tantangan berat bagi Kabupaten Banggai adalah, orang miskin yang berjumlah 5.610 jiwa di Tahun 2022, sewaktu-waktu dapat terdegradasi lagi menjadi kategori kemiskinan ekstrim jika ada kenaikan harga Bahan Bakar Migas maupun kebutuhan pokok lainnya.
Atas dasar itu bagi saya pembangunan desa memainkan peran krusial dalam mengurangi kemiskinan dan angka pengangguran, terutama di daerah – daerah di mana sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di pedesaan termasuk kabupaten Banggai. Dengan memfokuskan upaya pembangunan pada desa, tidak hanya mengurangi ketimpangan antara kota dan desa tetapi juga menciptakan peluang kerja baru yang dapat menahan migrasi ke kota atau daerah industri lainya serta meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
Pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) bulan agustus tahun 2023 sektor pertanian masih merupakan lapangan pekerjaan utama angkatan kerja kabupaten Banggai. Tercatat 85 966 ( delapan lima ribu Sembilan ratus enam-enam) yang bekerja disektor pertanian namun tren ini akan terus menurun jika sektor pertanian di Kabupaten Banggai tidak dipikirkan secara serius dan berkelanjutan.
Salasatu upaya untuk tetap menjaga dan mengusahakan sektor pertanian dapat menjadi sandaran utama pembangunan desa menurut saya adalah dengan membangun idustri berbasis agraria. Hanya dengan membangun industri di desa maka pertumbuhan ekonomi pedesaan akan meningkat dan peemerataan akan niscaya.
Konsep industrialisasi desa berkelanjutan menitikberatkan pada pengembangan ekonomi desa yang tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi dan pendapatan, tetapi juga pada pelestarian lingkungan dan keadilan sosial. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sistem produksi dan konsumsi yang bisa bertahan lama tanpa merusak sumber daya alam atau mengurangi kualitas hidup generasi masa depan.
Namun untuk membangun industri didesa apalagi yang bebrbasis agraria memang akan banyak mengalami tantangan dan utuk itu membutuhkan peerencanaan yang baik berbasis penelitian dan tentu saja kemauan politik pemerintah daerah yang serius dan konsisten.
Sedikit Tentang Industrialisasi Desa Berbasis Agraria
Industrialisasi desa berbasis agraria mengacu pada pengembangan industri yang terintegrasi dengan sektor pertanian di pedesaan. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.
Ada beberapa aspek dan strategi yang saya catat dalam baerbagai referensi yang mungkin dapat diimplementasikan dalam rangka mendorong industrialisasi desa berbasis agrarian. Catatan ini masih bersifat umum dan juga merupakan gagasan yang bersifat umum pula karena dalam membangun peta jalan idustrialisasi desa mebutuhkan penelitian yang serius dan melibatkan banyak pakar dan disiplin keilmuan. Untuk tujuan catatan singkat ini paling tidak ada tujuh langkah yang bisa dilakukan oleh pemangku kepentingan jika ingin membangun industri di desa berbasis agraria.
Yang pertama adalah pengolahan hasil pertanian, yang mana ini dapat dilakukan dengan memproses hasil pertanian di desa agar dapat mengurangi kehilangan hasil panen dan meningkatkan nilai jual produk. Industri pengolahan makanan seperti pembuatan keripik buah, pengeringan sayuran, pengolahan biji kakao menjadi cokelat batangan, pengolahan kelapa menjadi VCO adalah beberapa contoh yang bisa dikembangkan, teknologi yang digunakan dapat memanfaatkan teknologi tepat guna yang dapat diperoleh dengan bekerja sama dengan berbagai Universitas yang ada di Sulawesi Tengah.
Yang kedua adalah adanya teknologi pertanian yang modern. Penggunaan teknologi modern dalam pertanian, seperti sistem irigasi yang efisien, penggunaan drone untuk pemantauan tanaman, serta mesin-mesin pertanian yang dapat mengurangi beban kerja petani dan meningkatkan hasil produksi.
Yang ketiga adalah pemasaran dan branding. Membangun merek yang kuat untuk produk desa dan menciptakan kemasan yang menarik dapat meningkatkan daya saing produk di pasar lokal maupun global. Pemanfaatan platform digital untuk pemasaran juga sangat penting untuk mendukung pemasaran secara global.
Yang keempat adalah kerjasama dengan korporasi atau perusahaan besar. Kerjasama antara petani desa dengan perusahaan besar dapat membuka akses ke pasar yang lebih luas, teknologi lebih canggih, dan modal. Misalnya, perusahaan dapat memberikan dukungan dalam bentuk bibit berkualitas, pelatihan, dan jaminan pembelian hasil panen. Upaya ini sangat mudah dilakukan dikabupaten Banggai dengan terdapatnya beberapa Perusahaan raksasa yang beroperasi dalam jangka Panjang.
Yang kelima adalah infrastruktur dan aksesibilitas. Peningkatan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas penyimpanan di desa dapat memudahkan transportasi produk pertanian ke pasar. Selain itu, akses ke layanan keuangan dan kredit bagi petani maupun lembaga seperti Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sangat penting untuk mendukung ekspansi bisnis.
Yang keenam adalah pendidikan dan pelatihan. Meningkatkan kapasitas dan keterampilan petani melalui pendidikan dan pelatihan terkait teknik pertanian terbaru, manajemen bisnis, dan teknologi informasi menjadi keharusan dalam pembangunan idustri pedesaan.
Yang ketujuh adalah dukungan pemerintah. Peran pemerintah dalam menyediakan kebijakan yang mendukung, seperti subsidi untuk pembelian mesin pertanian, yang mana dalam konteks kabupaten Banggai mungkin pemerintah daerah dapat melakukan upaya ke pemerintah pusat maupun dengan sektor swasta. Kemudian insentif pajak untuk investasi di sektor agroindustri, dan bantuan teknis, sangat penting untuk kesuksesan industrialisasi desa berbasis agraria. Ini menjadi tantangan bagi kabupaten Banggai kedepan dalam mewujudkan industrialisasi desa.
Industrialisasi desa berbasis agraria sejalan dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menciptakan sistem produksi yang lebih efisien, mengurangi kemiskinan, dan memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal. Implementasi yang sukses dari konsep ini membutuhkan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah, sektor swasta, komunitas lokal, dan lembaga pendidikan.
Industrialisasi desa yang berhasil tidak hanya mampu merubah wajah ekonomi desa, tetapi juga dapat membantu dalam mempertahankan kebudayaan lokal dan mencegah urbanisasi yang berlebihan dengan menyediakan peluang ekonomi di tempat asal dan tentunya dapat mengurangi angka kemiskinan.
[1] Penulis merupakan petani pisang